Biografi
Penulis Tafsir Jalalalin
- Jalaluddin Al-Mahalli
Jalaluddin Al-Mahalli
adalah seorang mufasir (ahli tafsir) berkebangsaan Mesir. Nama lengkapnya
adalah Muhammad bin Ahmad bin Muhammad bin Ibrahim bin Ahmad Al-Imam Al-Allamah
Jalaluddin Al-Mahalli. Ia dilahirkan pada tahun 791 H/1389 M di Kairo, Mesir.
Namun, ia lebih dikenal dengan julukan Jalaluddin Al-Mahalli yang berarti orang
yang mempunyai keagungan dalam masalah agama. Sedangkan sebutan
Al-Mahalli dinisbahkan pada kampung kelahirannya, Mahalla Al-Kubra, yang
terletak di sebelah barat Kairo, tak jauh dari Sungai Nil.
Riwayat hidup Al-Mahalli tak
terdokumentasi secara rinci. Hal ini disebabkan ia hidup pada masa kemunduran
dunia Islam. Lagi pula ia tak memiliki banyak murid, sehingga segala
aktivitasnya tidak terekam dengan jelas. Walau begitu, Al-Mahalli dikenal
sebagai orang yang berkepribadian mulia dan hidup sangat pas-pasan, untuk tidak
dikatakan miskin. Guna memnuhi kebutuhan sehari-hari, ia bekerja sebagai
pedagang. Meski demikian kondisi tersebut tidak mengendurkan tekadnya untuk
terus mengais ilmu. Tak mengherankan jika ia mempunyai banyak karangan yang
salah satunya adalah Tafsir Al-Qur’an Al-’Adzim yang lebih dikenal dengan nama Tafsir
Jalalain tetapi belum sempurna.
Sejak kecil
tanda-tanda kecerdasan sudah menonjol pada diri Mahalli. Ia ulet menyerap
berbagai ilmu, mulai dari Tafsir, Ushul Fikih, Teologi, Fikih, Nahwu dan Logika.
Mayoritas ilmu tersebut dipelajarinya secara otodidak, hanya sebagian kecil
yang diserap dari ulama-ulama salaf pada masanya, seperti Al-Badri Muhammad bin
Al-Aqsari, Burhan Al-Baijuri, A’la Al-Bukhari dan Syamsuddin bin Al-Bisati.
Dalam kitab Mu’jam Al-Mufassirin,
As-Sakhawi menuturkan bahwa Al-Mahalli adalah "sosok imam yang sangat
pandai dan berfikiran jernih. Kecerdasannya di atas rata-rata".[1]
a.
Wafat
Al-Mahalli wafat pada awal tahun
864 H bertepatan dengan tahun 1455 M.
b.
Karya
Karya Jalaluddin al-Mahalli
antara lain:
1.
Tafsir Al-Qur’an Al-Adzim
2.
Syarh Al-Qawa’id
3.
Syarh Tashil
4.
Hasyisyah ‘Ala Jawahir Al-Asnawi
5.
Syarh Jam’u Al-Jawami’ Syarh Waraqat
6.
Syarh Minhaj
- Jalaluddin As-Suyuti
Jalaluddin As-Suyuthi
dilahirkan pada tahun 849 H/ 1445 di kota Kairo. Nama lengkapnya adalah
Abdurrahman bin Kamal Abu Bakar bin Muhammad bin Sabiq Ad-Dhin bin Fakhr Utsman
bin Nashiruddin Muhammad bin Himamuddin Al-Hammam Al-Hudairi As-Suyuthi. Bergelar
Jalaluddin dan akrab dipanggil Abu Fadhil. Nama panggilan ini adalah pemberian
dari gurunya, Al-Izzu Al-Kanani Al-Hanbali. Namun di kemudian hari ia lebih
dikenal dengan nama As-Suyuthi, yang dinisbatkan kepada ayahnya yang dilahirkan
di daerah Suyuth.
Ketika As-Suyuthi
masih berumur 6 tahun, ayahnya meninggal dunia. Walaupun begitu ia tetap
memiliki semangat tinggi dan kecerdasan yang luar biasa dalam menuntut ilmu.
Maka tidaklah mengherankan jika ia mampu menhafal Al-Qur’an ketika usianya
belum genap 8 tahun, kemudian ia juga mampu menghafal kitab Al-Umdah, Minhaj
Al-Fiqih, dan Alfiyah Ibnu Malik.
Selain tekun belajar,
ia juga rajin beribadah dan berdo’a. Tak sekalipun As-Suyuthi membuang waktu
ketika menuntut ilmu. Suatu ketika, ia menunaikan ibadah haji dan meminum air
zam-zam, lalu berdo’a agar ilmunya dalam bidang fiqih setingkat Al-Baqillani
dan dalam bidang hadits sekaliber dengan Ibnu Hajar Al-Asqalani.[2]
Sedangkan Al-Suyuthi-lah yang menyempurnakan “proyek” gurunnya. Pada mulanya
beliau tidak berminat menulis tafsir ini, tetapi demi memelihara diri dari apa
yang telah disebutkan oleh Firman-Nya:
“Dan barang siapa yang
buta hatinya didunia ini, niscaya diakhirat nanti ia akan lebih buta dan lebih
tersesat dari jalan yang benar”. (Qs, Asl-Isra’: 72).
Maka dia menulis kitab ini, kitab ini selesai ditulis pada hari Ahad,
tanggal 10 Syawal 870 Hijriah, Penulisannya di mulai pada hari rabu, awal Ramadhan
dalam tahun yang sama, kemudian konsep jadinya diselesaikan pada hari Rabu 8
Safar 871 Hijriah.
a.
Perjalanan Mencari Ilmu
Dalam pengembaraannya mencari
ilmu, As-Suyuthi singgah ke beberapa negeri seperti Syam, Hijaz, Yaman, India
dan Maroko. Ia berguru kepada sejumlah ulama besar, diantaranya:
1.
Jalaluddin Al-Mahalli
2.
Ahmad bin Ali Ayamsahi (ulama fara’id)
3.
Al-Bulqaini (ulama fiqih)
4.
As-Syamani (ulama hadits, ushul fiqih, teologi dan nahwu)
5.
Al-Izzu Hanbali (ulama hadits, bahasa Arab, sejarah)
Selain guru laki-laki, As-Suyuthi
juga meresap ilmu dari sejumlah ilmuwan perempuan, diantaranya:
1.
Aisyah binti Jarullah
2.
Ummu Hani binti Abul Hasan
3.
Shalihah binti Ali
4.
Niswan binti Abdullah Al-Kanani
5.
Hajar binti Muhammad Al-Mishriyyah
b.
Wafat
Jalaluddi As-Suyuthi meninggal
dunia pada tahun 991 H.
c.
Karya Jalaluddin As-Suyuthi
As-Suyuthi mulai menulis ketika
masih berusia 17 tahun. Namun ia baru memusatkan diri dalam berkarya ketika
usianya menginjak 40 tahun. Beliau tinggal di tempat tinggalnya, Raudlatul
Miqyas, di tepian Sungai Nil. Ia termasuk ulama yang sangat produktif dalam
berkarya. Ia memiliki ratusan kitab dalam berbagai bidang keilmuan, mulai dari Tafsir,
Hadits, Fiqih, Bahasa Arab, Sastra, Tasawuf, hingga ilmu Sejarah. Ibnu Iyas,
salah seorang murid As-Suyuthi, mengatakan bahwa jumlah karya As-Suyuthi
mencapai 600 buah. Adapun menurut As-Sa’id Manduh, karya As-Suyuthi mencapai
725 buah. Karya As-Suyuti diantaranya:
1.
Al-Itqan fi Ulum Al-Qur’an
2.
Ad-Durr Al-Manshur fi At-Tafsir bil-Ma’tsur
3.
Tarjuman Al-Qur’an fi At-Tafsir Al-Musnad
4.
Asrar At-Tanzil
5.
Lubab An-Nuqul fi Asbab An-Nuzul
6.
At-Takhbirfi Ulum At-Tafsir
7.
Mufhamat Al-Qur’an fi Mubhamat Al-Qur’an
8.
Al-Iklil fi Istinbat At-Tanzil
9.
Al-Hasyisyah fi Tafsir Al-Baidhawi
[2]. Syeikh Muhammad Ali As-Shabuni, Terjemah At-Tibyan fi ‘Ulumil
Qur’an, , judul:Ikhtisar Ulumul Qur’an Praktis, diterjemahkan oleh Muhammad
Qadirun Nur, Penerbit Pustaka Amani Jakarta, th. 2001.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar