A.
Sistem
Etika Bisnis Islam
Sistem
bisnis yang bersumber pada ajaran non-Islam ternyata telah menyebabkan
malapetaka ekonomi, baik di dunia Barat maupun Timur. Malapetaka tersebut
antara lain semakin membengkaknya jumlah pengangguran dimana-mana, jumlah orang
miskin semakin hari terus meningkat. Faktor penyebabnya karena bisnis yang
dipraktikkan oleh para pelakunya hanya berorientasi pada keuntungan materi (profit)
semata, tanpa menghiraukan nilai-nilai luhur (kebajikan) kemanusiaan. Mereka
banyak mempraktikkan sistem ribawi (bunga) yang hanya menguntungkan pemilik
modal, sementara pihak pengutang terus terbebani untuk melunasi pinjaman pokok
beserta bunganya.
Untuk mengatasi keprihatinan ekonomi itu, Islam
sebagai agama fitrah dan rahmatan lil’alamin memberikan solusi terbaik
yang bisa mengatasi manusia dari keterburukan. Islam menawarkan konsep bisnis
yang bersih dari berbagai perbuatan kotor dan tercela yang jauh dari keadilan,
juga sebuah konsep yang memiliki visi yang jauh ke depan. Namun demikian yang
dikejar dalam Islam tidak hanya keuntungan duniawi semata, tetapi keuntungan
materi yang halal yang penuh barakah yang akan membawa kebahagiaan di dunia dan
akhirat.
Al-Quran
juga menegaskan bahwa bisnis itu adalah tindakan yang halal dan dibolehkan. Perdagangan
yang jujur dan bisnis yang transparan sangat dihargai, direkomendasikan dan
dianjurkan. Bisnis yang benar-benar sukses menurut al-Quran adalah bisnis yang
dapat membawa keuntungan pada pelakunya dalam dua fase kehidupan yang fana dan
terbatas yakni dunia, sekaligus kehidupan yang abadi dan tidak terbatas yakni
akhirat. Adalah merupakan tindakan yang bijaksana bagi seorang pelaku bisnis
apabila dalam tindakannya mampu meninggalkan keuntungan yang cepat namun fana,
demi mengejar keuntungan yang lama, namun abadi.[1]
Objek Etika Bisnis Islam apabila
dilihat dari pelaku atau pengelola dalam melakukan bisnis atau usaha yang pada
dasarnya secara sederhana dapat dilakukan individu-individu tertentu, namun
ketika manusia menyadari keterbatasan dirinya dan semakin banyak tantangan di
dunia bisnis yang akan dihadapi. Sehingga semakin banyak bisnis yang hanya mungkin
dapat dilaksanakan oleh suatu usaha bersama antar individu-individu yang
terorganisasi dalam suatu organisasi yakni dalam bentuk perusahaan,
persekutuan, koperasi, atau perseroan terbatas. Akan tetapi, ketika bisnis
masih dilakukan oleh individu-individu tertentu, maka bisnis masih merupakan
aktivitas yang dapat menimbulkan efek-efek yang kompleks kecuali pada
individu-individu yang bersangkutan. Namun setelah bisnis dilakukan secara
terorganisasi dengan melibatkan banyak individu dalam manajemen perusahaan
serta menimbulkan efek-efek sosial yang bertumpu pada penyeimbangan berbagai
macam kepentingan dari sudut pandang bisnis sebagai aktivitas maupun sebagai
entitas yang terlepas dari etika.[2]
Sejumlah
parameter kunci sistem etika Islam telah terungkap dan dapat dirangkum sebagai
berikut:[3]
1. Berbagai
tindakan ataupun keptusan disebut etis bergantung pada niat individu yang
melakukannya. Allah Maha Kuasa dan mengetahui apapun niat kita sepenuhnya dan
secara sempurna.
2. Niat
baik yang diikuti tindakan yang baik akan dihitung sebagai ibadah. Niat yang
halal tidak dapat mengubah tindakan yang haram menjadi halal.
3. Islam
memberikan kebebasan kepada individu untuk percaya dan bertindak berdasarkan
apapun keinginannya, namun tidak dalam hal tanggung jawab dan keadilan.
4. Percaya
kepada Allah SWT memberi individu kebebasan sepenuhnya dari hal apapun atau
siapapun kecuali Allah.
5. Keputusan
yang menguntungkan kelompok mayoritas ataupun minoritas tidak secara langsung
berarti bersifat etis dalam dirinya. Etika bukanlah permainan mengenai jumlah.
6. Islam
mempergunakan pendekatan terbuka terhadap etika, bukan sebagai sistem yang
tertutup, dan berorientasi diri sendiri. Egoisme tidak mendapat tempat dalam
ajaran Islam.
7. Keputusan
etis harus didasarkan pada pembacaan secara bersama-sama antara al-Qur’an dan
alam semesta.
8. Tidak
seperti sistem etika yang diyakini banyak agama lain, Islam mendorong umat
manusia untuk melaksanakan tazkiyah melalui partisipasi aktif dalam kehidupan
ini. Dengan berperilaku secara etis di tengah godaan ujian dunia, kaum muslim
harus mampu membuktikan ketaaannya kepada Allah SWT.
B.
Tujuan
Umum Etika Bisnis dalam Islam
Dalam
hal ini, etika bisnis Islam adalah merupakan hal yang penting dalam perjalanan
sebuah aktivitas bisnis profesional. Sebagaimana diungkapkan oleh Dr. Syahata,
bahwa etika bisnis Islam mempunyai fungsi substansial yang membekali para
pelaku bisnis, beberapa hal sebagai berikut :
1. Membangun
kode etik Islami yang mengatur, mengembangkan dan menancapkan metode berbisnis
dalam kerangka ajaran agama. Kode etik ini juga menjadi simbol arahan agar
melindungi pelaku bisnis dari resiko.
2. Kode
etik ini dapat menjadi dasar hukum dalam menetapkan tanggungjawab para pelaku
bisnis, terutama bagi diri mereka sendiri, antara komunitas bisnis, masyarakat,
dan di atas segalanya adalah tanggungjawab dihadapan Allah SWT.
3. Kode
etik ini dipersepsi sebagai dokumen hukum yang dapat menyelesaikan persoalan
yang muncul, daripada harus diserahkan kepada pihak peradilan.
4. Kode
etik dapat memberi kontribusi dalam penyelesaian banyak persoalan yang terjadi
antara sesama pelaku bisnis dan masyarakat tempat mereka bekerja. Sebuah hal
yang dapat membangun persaudaraan (ukhuwah) dan kerja sama antara mereka semua.
Etika
bisnis dalam Islam memposisikan pengertian bisnis yang pada hakikatnya
merupakan usaha manusia untuk mencari keridhaan Allah SWT. bisnis tidak
bertujuan jangka pendek, individual dan semata-mata keuntungan yang berdasarkan
kalkulasi matematika, tetapi bertujuan jangka pendek sekaligus jangka panjang,
yaitu tanggung jawab pribadi dan sosial masyarakat, Negara dan Allah SWT. [4]
C.
Sistem
Paradigma Etika Berbisnis dalam Islam
Bagi seorang muslim,
kemapanan paradigma (pola pikir/cara pandang) konvensional akan arti manusia
sebagai ‘ Homo economicus’ (pelaku ekonomi yang mencari keuntungan
bagi dirinya tanpa mengindahkan kepentingan orang lain) tidak sepenuhnya sesuai dengan nilai-nilai
etika Islam. Oleh sebab itu, konsep moral dalam perspektif Islam dikeluarkan
pada saat pencerahan aksioma-aksioma yang sudah terlanjur terkenal (dari sistem
kapitalis misalnya).
Ada beberapa ciri khas etos kerja
Islami yang dapat diakomodir dari implementasi nilai Islam dalam al-Qur’an dan al-Hadits,
seperti sebagai berikut menghargai waktu, ikhlas, jujur, komitmen kuat, istiqamah,
disiplin dalam kerja dan lain sebagainya.[5]
Adapun penerapan etika
bisnis dapat dilakukan pada tiga tingkatan, yaitu; individual, organisasi, dan
sistem. Pertama, pada tingkat individual, etika bisnis mempengaruhi
pengambilan keputusan seseorang atas tanggungjawab pribadinya dan kesadaran
sendiri, baik sebagai penguasa maupun manajer. Kedua, pada tingkat organisasi,
seseorang sudah terikat kepada kebijakan perusahaan dan persepsi
perusahaan tentang tanggungjawab sosialnya. Ketiga, pada tingkat sistem, seseorang
menjalankan kewajiban atau tindakan berdasarkan sistem etika tertentu.
Realitasnya, para pelaku
bisnis sering tidak mengindahkan etika. Nilai moral yang selaras dengan etika
bisnis, misalnya toleransi, kesetiaan, kepercayaan, persamaan, emosi atau
religius hanya dipegang oleh pelaku bisnis yang kurang berhasil dalam
berbisnis. Sementara para pelaku bisnis yang sukses memegang prinsip-prinsip
bisnis yang tidak bermoral, misalnya maksimalisasi laba, agresivitas,
individualitas, semangat persaingan, dan manajemen konflik.[6]
Sistem paradigma etika
berbisnis dalam Islam antara lain Islam ditujukan sebagai rahmatan lil’alamin, jangkauan Islam mencakup semua aspek
kehidupan, tidak ada bagian kehidupan yang terlewatkan oleh Islam, bagian dari
total kehidupan adalah dunia bisnis dan lain-lain.[7]
D.
Perbedaan
Sistem Etika Bisnis Islam dan Non-Islam
Sistem
etika bisnis Islam berbeda dari sistem etika sekuler dan dari ajaran moral yang
diyakini oleh agama-agama lain. Etika sekuler ini mengasumsikan ajaran moral
yang bersifat sementara dan berubah-ubah karena didasarkan pada nilai-nilai
yang diyakini dari pencetusnya. Misalnya epicurianisme
atau ajaran tentang kebahagiaan demi kebahagiaan semata.
Pada
saat yang sama, ajaran moral yang diyakini oleh sejumlah agama lain seringkali
terlampau menekankan nilai-nilai yang mengabaikan keberadaan kita di dunia ini.
Sebagai contoh, ajaran Kristen yang terlampau menekankan kedudukan biara telah
mendorong pengikutnya untuk menyingkir dari hiruk-pikuk dan kesibukan kehidupan
sehari-hari.
Untuk
ajaran Islam yang melekat dalam sistem etika bisnis Islam menekankan hubungan
manusia dengan Sang Pecipta. Kaum Muslim memiliki ajaran moral yang tidak
terikat waktu dan tidak dipengaruhi oleh prilaku manusia. Ajaran etika bisnis
Islam dapat diterapkan sampai pembuatan keputusan bisnis Muslim, sifat egoisme
tidak mendapatkan tempat dalam Islam.[8]
Perusahaan
dalam sistem bisnis (ekonomi) Islam adalah perusahaan keluarga, bukan Perseroan
Terbatas yang pemegang sahamnya dapat menyerahkan pengelolaan perusahaan begitu
saja pada orang yang ditunjuk sebagai manajer yang digaji. Sehubungan dengan
sistem ini, maka tidak ada perusahaan yang menjadi sangat besar, seperti di dunia
kapitalis barat, tetapi juga tidak ada perusahaan yang tiba-tiba bangkrut atau
dibangkrutkan.
Misalnya
dalam perusahaan yang Islami gaji karyawan dapat diturunkan jika perusahaan
benar-benar merugi dan karyawan juga mendapat bonus jika keuntungan perusahaan
meningkat. Buruh muda yang masih tinggal bersama orang tua dapat dibayar lebih
rendah, sedangkan yang sudah berkeluarga dan punya anak dapat dibayar lebih
tinggi dibandingkan rekan-rekannya yang masih muda.[9]
[3] Rafik Issa Beekum, Etika Bisnis Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hlm. 31-32
[8] Rafik Issa Beekum, Etika Bisnis Islam, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2004), hlm. 15
[9] Bambang Rudito dan Melia
Fameola, Etika Bisnis dan Tanggung Jawab
Sosial Perusahaan di Indonesia, (Bandung: Rekayasa Sains, 2007), hlm.56
asslmlkm mbak. permisi mbak. saya punya keraguan dalam bisnis saya apakah ini dihalal kan atau tidak dalam islam. jika mbak bersedia membantu saya untuk mencari kebenarannya tolongmvak bls komentar saya dan beri saya kontak mbak. fb bbm atau no hp saja. akan saya hubungi mbak. saya alfian agta dr palembang umur 19thn . saya meragukan bisnis saya sistem jaringan yg tidak menggunakan produk. trimakasih mbak wasalam
BalasHapus